Langsung ke konten utama

Hakikat Pendidikan dan Kehidupan

A.      Pendidikan dan Kehidupan
1.      Ilmu, Pengetahuan, dan Ketrampilan
Manusia sejak lahir dibekali akal untuk berpikir. Bahkan sejak masa kandungan manusia sudah mendapat “pendidikan”, yaitu melalui ibu nya secara lahiriah dan batiniah. Misalnya, bagaimana ibu memberitahu janin tentang apa saja melalui berdialog, bagaimana ibu atau ayah membacakan doa-doa, kalimat-kalimat, nada-nada/ bunyi pada si janin. Ini artinya pendidikan menjadi aspek sangat penting, Kebutuhan pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menjadi manusia seutuhnya-sebenarnya. Melalui pendidikan alamiah, pembiasaan, hingga pendidikan terstruktur maka janin dan bayi hingga remaja, dan dewasa mengalami perkembangan otak, mental, fisik sesuai hukum perkembangan.
Manusia menjadi ber-ilmu dan ber-pengetahuan setelah mampu menggunakan fungsi panca inderanya, serta organ tubuh lainnya. Ini setelah manusia mampu menggunakan akal pikiran, perasaan, kehendak dalam menjalankan-mempertahankan-melanjutkan-hidup. Artinya manusia menjadi menyadari bahwa untuk melaluinya, mencapainya memerlukan ide, konsep, cara, upaya, sikap, alat, juga perlu orang lain, perlu hal-hal lainnya, yaitu melalui ilmu, melalui pengetahuan, melalui sikap, dan melalui ketrampilan. Ini dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Pendidikan berlaku sejak masa kandungan hingga akhir hayat.
2.      Makna Guru dan Murid
Setelah menyadari hakikat pendidikan, maka ada pemikiran tentang makna guru dan murid. Siapa guru? Siapa murid?
Perkembangan manusia dalam masa kandungan hingga balita, banyak yang dapat diamati sebagai hukum perkembangan. Bahwa manusia memiliki sifat alamiah untuk tumbuh dan berkembang, seperti masa merayap, merangkak, berdiri, berjalan, dan sebagainya. Ini dapat disebut sebagai Sunatullah, Kehendak Tuhan. Ketika manusia dari masa kandungan hingga balita, maka orang terdekatnya yaitu orang tua dan keluarga, yang dapat disebut sebagai “guru” nya, keluarga sebagai lingkungan alamiah pendidikan, memberi bekal pendidikan berupa ilmu pengetahuan, nilai-nilai-, dan ketrampilan. Akan berbeda ketika si anak memasuki usia sekolah sehingga mendapat pendidikan pada sekolah formal, atau lembaga khusus lainnya. Guru adalah orang yang ditunjuk atau berperan karena dianggap memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk transfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan.
Dapat diartikan bahwa pada proses pendidikan ada guru dan murid. Ada yang dianggap/ dipercaya lebih dewasa, lebih mampu, lebih mengetahui, lebih terampil, lebih bijaksana, dan lain-lain, yang mendidik, yang mengajari, yang membimbing, yang melatih,  dalam berbagi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang selanjutnya disebut guru. Sebaliknya ada murid sebagai pihak yang mendapat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai bekal menjalani kehidupan.
Mengapa guru penting? Haruskah manusia memerlukan guru?
Manusia harus menyadari bahwa untuk menjadi tahu, menjadi mengerti, paham, menjadi baik, menjadi berhasil, menjadi bisa dan menjadi lebih dari yang sebelumnya adalah karena adanya guru. Adanya pengakuan terhadap keberadaan guru, berarti manusia menyadari bahwa manusia tergantung dengan manusia lainnya. Manusia akan berpikir bahwa tanpa guru maka murid bisa tersesat, karena tidak ada orang lain yang ditanya, yang memandu. Ini analogi ketika manusia tidak menyadari hakekat Tuhan maka manusia  berpotensi tersesat bahkan hilang arah dalam menjalani kehidupan. Guru adalah murid dari guru yang lain. Ini bermakna bahwa pendidikan diwariskan, dipindahkan, dikembangkan dalam arti proses. Dalam makna nilai kemanusiaan, manusia tidak akan merasa menjadi “paling” karena menyadari bahwa manusia hidup, belajar bersama manusia lainnya, ada pendahulu, dan ada penerusnya.
3.      Hakikat Pendidikan dan Kehidupan
Pendidikan menjadi bidang strategis untuk mencapai tujuan hidup manusia. Manusia mempertanyakan “siapa saya”, “apa cita-cita saya”, “apa tujuan hidup saya”, “bagaimana saya mencapainya”, dan lain-lain, mampu dijawab melalui pendidikan. Pendidikan yang akan menjembatani, akan mengantarkan manusia kepada jawaban-jawaban hakiki, konseptual, hingga jawaban prosedural, prinsip, aplikatif, dan jawaban aksiologisnya.

Pendidikan berlaku seumur hidup. Karena pentingnya, kualitas pendidikan suatu negara menjadi indikator kualitas masyarakatnya, kesejahteraannya; ini karena tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia, menjadi manusia seutuhnya, menjadi manusia yang cerdas dan sehat secara jasmani juga rohani, menjadi manusia berbudi pekerti luhur, bermartabat, menjadi makhluk Tuhan paling sempurna di antara makhluk Tuhan lainnya. Ini menjadi tugas yang berat bagi manusia, lebih berat dari tugas makhluk Tuhan lainnya. Manusia menjadi wakil di bumi untuk mempelajari, memaknai, menyaksikan, membuktikan, menyebarkan apa-apa tentang Ilmu-nya Tuhan bagi manusia lainnya. Ini semua memerlukan guru; guru yang benar-bersama muridnya-menuju jalan kehidupan yang jelas-hidup yang selamat dunia akherat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Urgensi pedagogik dalam upaya penanaman nilai karakter bangsa

Krisis kebudayaan, kata Prof Dr. PJ. Bouman terjadi karena kemajuan teknik tidak diimbangi dengan kemajuan akhlak manusia. Bagaimana urgensi pedagogik dalam upaya penanaman nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia? Alternatif Pemikiran: Masalah identitas bangsa merupakan masalah terbesar pada abad ke-21 ini. Hal ini disebabkan adanya dua gelombang besar di dalam perubahan sosial yaitu globalisasi dan demokrasi. Sebagai suatu bidang limu-ilmu sosial, pedagogik mustahil menghindar dari fenomena perubahan global dewasa ini.  Pendidikan Indonesia membutuhkan pedagogik yang menempatkan manusia sebagai “manusia” dalam proses pendidikan. Manusia yang dimaksud adalah manusia yang memiliki pilihan dalam kehidupannya yang rasional, dan memiliki moralitas dalam tatanan kebudayaan, masyarakat lokalnya, masyarakat nasional maupun global. Pedagogik semacam ini, menurut Tilaar, adalah pedagogik libertarian. Artinya, pedagogik merupakan suatu ilmu praksis untuk m...

Filsafat Pendidikan: Upaya rejuvenasi pedagogik sebagai “the art and science of teaching and educating”

Kemajuan teknologi yang spektakuler sebagai sarana yang positif dan juga berdampak negatif. Bagaimana upaya rejuvenasi pedagogic sebagai “the art and science of teaching and educating” dalam menghadapi tantangan itu? Alternatif Pemikiran: Dalam pemanfaatan teknologi, pendidikan tidak hanya diarahkan kepada kemudahan dan kenyamanan semata. Teknologi hanya sebuah alat komunikasi-informasi, tidak lebih. Teknologi dalam pendidikan diharapkan tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai “robot” dan “budak” pendidikan. Dalam konteks ini perubahan global tidak harus ditentang, tetapi diatasi dengan pribadi-pribadi yang mendukungnya (Tilaar : 2005, p. 95). Menurut Tilaar, hanya akan memberikan tempat bagi perkembangan individu jika identitas budaya lokal dihormati sebagai tumpuhan bagi perkembangan setiap indvidu. Artinya, multikulturalisme dalam pendidikan nasional sangat relevan dengan desentralisasi pendidikan dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Ini menjadi peran strategis dunia p...