Langsung ke konten utama

“Melihat Sekolah” (teori persekolahan)

“Melihat Sekolah”
Ada 3 perspektif,
1.      Struktural fungsional
2.      Konflik
3.      Interaksionis simbolik

1.    Struktural Fungsional
Sekolah mempunyai struktur atau fungsi yang dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia dan masyarakat. Ada nilai, norma, strata, pranata, peran, status, stratifikasi pada struktur masayarakat (ilmu sosiologi). Pada struktur sekolah, ada fungsi, peran, struktur. Proses sosial untuk dapat berperan sebagaimana mesthinya disebut sosialisasi. Sosialisasi berkaitan dengan proses belajar, tentang ketrampilan, nilai, pengetahuan. Sosialisasi juga sebagai proses interaksi sosial. Tujuan sosialisasi adalah 1) proses menjadi personality, menjadi self, 2) pelestarian budaya. Agen sosialisasi antara lain: 1) keluarga, 2) sekolah, 3) teman sebaya, 40 media. Fungsi keluarga adalah 1) pendidikan awal, 2) pemeliharaan/ perawatan, 3) status atau labeling, 4) reproduksi. Fungsi keluarga tidak selalu dapat melaksanakan fungsi dengan semesthinya. Dampaknya adalah menghasilkan input berbeda pada sekolah.  Sekolah menjadi agen yang mana untuk dapat masuk perlu proses seleksi.

2.    Konflik
Sekolah menciptakan kelas sosial, misal akreditasi, status sekolah negeri atau swasta, dll. Dampaknya adalah menimbulkan diskriminasi

3.    Interaksionis Simbolis

Merupakan proses symbol-simbol di dalam kelas-kelas berbentuk pengetahuan, konsep, teori, gambar, kata, dll. Melalui interaksi muncul interpretasi-interpretasi yang dipengaruhi akumulasi pengetahuan yang berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1)

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1) PENGANTAR Ini merupakan pokok bahasan pertama perkuliahan “Kajian Kurikulum Matematika”, oleh Prof Dr Marsigit, M.A. Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan dan pelayanan kepada mahasiswa Program S3 Prodi Ilmu Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Matematika, untuk membangun pemahaman dan memperoleh pengalaman mengembangkan Kurikulum Matematika dengan cara mengkaji, meneliti dan mensimulasikan Model Pengembangan Kurikulum Matematika. Kompetensi dasar sesuai dengan silabus beliau adalah “Mengkaji, memahami, menghasilkan,  mengelola dan menerapkan landasan pengembangan kurikulum matematika dan pendidikan matematika”. Kelas kami ada 9 orang perempuan semua, yaitu: Bu Salamia, Mb Rifa, Mb Puji, Mb Niken, Mb Dhian, Mb Nila (ijin), Mb Dhona, Mb Irma, dan saya. Pertemuan pertama kami tidak sampai 3 SKS karena beliau ada urusan dinas, yaitu sebagai Sekretaris Senat UNY. Beliau juga banyak tugas dinas...

Filsafat pendidikan yang paling mungkin diterapkan pada jenjang pendidikan tinggi di Indonesia

Pendidikan tinggi termasuk pendidikan bagi orang dewasa atau andragagi Menurut Tamat (1985) dalam Sunhaji, 2013: 3-4), asumsi model pendidikan andragogi adalah (1)    Konsep diri peserta didik : semakin mengarahkan diri (self-directing), (2)    Pengalaman peserta didik : Pengalaman nyata merupakan sumber belajar bagi dirinya, oleh karena itu metode penyampaianya ekperimen,percobaan, diskusi praktek problem solving (3)    Kesiapan belajar peserta didik : Berkembang dari tugas hidup & masalah, Orientasi tugas dan masalah ( task or problem centered ) (4)    Orientasi b elajar : Oleh dorongan dari dalam diri sendiri (internal incentives, curiosity) Berimplikasi pada : pendidikan tinggi perlu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif disesuaikan dengan karakteristik orang dewasa Berdasarkan pada telaah beberapa aliran filsafat pendidian yang berkembang di Barat, maka filsafat yang mungkin dapat diterapkan pada jenjang pendidikan...

POLA PIKIR GENETIK: METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

RESUME MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN SUB MATERI : POLA PIKIR GENETIK A.       Landasan Umum Manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya. Sebagai makhluk yang berakal, manusia berada dalam siklus kehidupan. Dimulai dari masa kandungan-lahir ke dunia maka manusia melewati fase-fase perkembangan dan pengalaman, baik secara fisik, mental, maupun ruhani nya. Manusia mengalami perkembangan dari yang lebih elementer ke yang lebih sempurna, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, dan lain-lain yang disebut sebagai proses. Dengan demikian, secara logis manusia akan memiliki dokumentasi atas pikirannya, sikapnya, aktivitasnya dalam menjalani kehidupan, baik secara individu maupun ketika berada dalam keseluruhan atau kolektivitas di dunia. Artinya, manusia tidak bisa lepas dari keterkaitan, dari hubungan, dari keterpaduan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat pemikiran, sikap, dan a...