Langsung ke konten utama

CAKRA MANGGILINGAN: Landasan Kurikulum

Landasan Pengembangan Kurikulum  (2)

Pertemuan kedua Prof Dr Marsigit, M.A. (150317)  diawali dengan memberi tes singkat, tentang padanan kata. Berikut ini beberapa materi soal dan jawabannya di mana tekstual menggambarkan konteksnya (mengacu pada filsafat).

Belajar = membangun
Mengajar = memfasilitasi
Guru = fasilitator
Murid = subjek
Logika = konsisten
Nyata = cocok
Cerdas = santun
Pikiran = rasio
Pancaindera = persepsi
Formal = bentuk
Penilaian = mencatat
Serius = intens
Waktu = relatif
Mengulang = siklik
Mengurangi = reduksi
Menambah = sintesis
Tetap = ideal
Berubah = realita
Diabaikan = ephoce
Sama = identic
Beda = kontradiktif
Fakultas = kemampuan
Nol = tiada
Satu = esa
Banyak = plural
Kecil = mikro
Besar = makro
Di sana =di luar
Di sini = di dalam
Di atas = langit
Di bawah = bumi
Berhenti = mitos
Terus = kontinyu
Membaca = terjemah
Menulis = direct
Menyerah = fatal
Ikhtiar = vitasl
Dalam = intensif
Luas = ekstensif
Di luar pikiran = transedental
Kontradiksi = paradox
Interaksi = hermeneutika
Sekolah = aliran
Bijaksana = keputusan

Ketika kita memilih “fasilitator” itu berarti memikirkan ‘fasilitator”, yang diucapkan adalah bentuknya, bentuk itu bisa ucapan, tulisan, atau hasil. Konsep yang paling dasar adalah FORMAL atau wadah/ sintaks, dan SUBSTANSI atau ISI atau SEMANTIK. Misal ketika kita mengucapkan “membaca” dengan tulisan “membaca” pada tulisan adalah berbeda. Tulisan adalah semantic, substansi, isi, sedangkan yang DIUCAPKAN adalah bentuk/ WADAH nya, FORMALnya/ sintaksnya.




 Setelah konsep dasar, dapat dibuat NOTION, ungkapan-ungkapan sebagai CONTOH yang terikat ruang dan waktu. Contoh bagian dari KASUS, dan kasus bagian dari Model. Di atas model ada Rumus, di atas rumus ada teori. Di atas teori ada paradigm. Kumpulan dari paradigma adalah filsafat di mana terdapat ideology di antaranya. Yang terluar adalah spiritual.
Antara sekarang yang di sini dan sekarang di sana itu berbeda. Guru antara di sini dan di sana itu berbeda. Mitos itu diperlukan, sebagaimana anak kecil makan, tidur…melaksanakan meskipun tidak memahami.
Kehidupan Ini dapat dianggap sebagai “dunia”, “bola”, sebagai lingkaran CAKRA. Hidup itu MENGULANG, tiap saat ada SIKLIK, ada yang diREDUKSI, ada yang dieliminasi, dikorbankan, Kehidupan juga bersifat LINEAR-kontemporer-tidak bisa mengulang. Perlu keseimbangan antara SIKLIK dan LINEAR- melalui rasa SYUKUR.
Hidup itu CAKRA MANGGILINGAN - berputar - kadang di atas kadang di bawah. Untuk itu perlu silaturahim- interaksi-HERMENEUTIKA. (Perlu kajian tentang the power of silaturahim, model pembelajaran silaturahim).
Bicara kurikulum ada yang MAKRO dan MIKRO. Ada kurikulum yang KONTEKSTUAL. Kurikulum perlu komperehensif. Kurikulum itu yang tetap-KONSISTEN itu apa? Yang tetap adalah IDEAL-KONSISTENSI-LOGIKA. Sedangkan yang berubah adalah REALITA-KECOCOKAN.
Waktu itu relative. Kurikulum itu metodenya adalah INTENSIF atau sedalam-dalamnya, serta EKSTENSIF/ seluas-luasnya. Perlu mempertimbangkan RASIO, dengan melihat REALITA, pengalaman (empirical evidence). Untuk mengerti kurikulum perlu bahasa analog, lebih dari sekedar kiasan karena kurikulum menyangkut pikir juga hati. Kurikulum mempunyai tujuan yang tetap-IDEAL-KONSISTEN. Ada hukum konsisten, yaitu RUMUS, aturan, misal A=A. Ada hukum KONTRADIKSI, berbeda dalam konteks ruang, waktu, subjek, objek, misal A≠A. Dengan demikian, orang yang CERDAS akan SANTUN pada kurikulum dengan menguasai dulu sebelum melakukan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Urgensi pedagogik dalam upaya penanaman nilai karakter bangsa

Krisis kebudayaan, kata Prof Dr. PJ. Bouman terjadi karena kemajuan teknik tidak diimbangi dengan kemajuan akhlak manusia. Bagaimana urgensi pedagogik dalam upaya penanaman nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia? Alternatif Pemikiran: Masalah identitas bangsa merupakan masalah terbesar pada abad ke-21 ini. Hal ini disebabkan adanya dua gelombang besar di dalam perubahan sosial yaitu globalisasi dan demokrasi. Sebagai suatu bidang limu-ilmu sosial, pedagogik mustahil menghindar dari fenomena perubahan global dewasa ini.  Pendidikan Indonesia membutuhkan pedagogik yang menempatkan manusia sebagai “manusia” dalam proses pendidikan. Manusia yang dimaksud adalah manusia yang memiliki pilihan dalam kehidupannya yang rasional, dan memiliki moralitas dalam tatanan kebudayaan, masyarakat lokalnya, masyarakat nasional maupun global. Pedagogik semacam ini, menurut Tilaar, adalah pedagogik libertarian. Artinya, pedagogik merupakan suatu ilmu praksis untuk m...

Filsafat Pendidikan: Upaya rejuvenasi pedagogik sebagai “the art and science of teaching and educating”

Kemajuan teknologi yang spektakuler sebagai sarana yang positif dan juga berdampak negatif. Bagaimana upaya rejuvenasi pedagogic sebagai “the art and science of teaching and educating” dalam menghadapi tantangan itu? Alternatif Pemikiran: Dalam pemanfaatan teknologi, pendidikan tidak hanya diarahkan kepada kemudahan dan kenyamanan semata. Teknologi hanya sebuah alat komunikasi-informasi, tidak lebih. Teknologi dalam pendidikan diharapkan tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai “robot” dan “budak” pendidikan. Dalam konteks ini perubahan global tidak harus ditentang, tetapi diatasi dengan pribadi-pribadi yang mendukungnya (Tilaar : 2005, p. 95). Menurut Tilaar, hanya akan memberikan tempat bagi perkembangan individu jika identitas budaya lokal dihormati sebagai tumpuhan bagi perkembangan setiap indvidu. Artinya, multikulturalisme dalam pendidikan nasional sangat relevan dengan desentralisasi pendidikan dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Ini menjadi peran strategis dunia p...