Langsung ke konten utama

Pendidikan Terbuka: Open Education and Home schooling

Kelebihan
1)        Open Education
(1)   Metode pembelajaran terbuka efektif dilaksanakan pada negara berkembang sebagaimana laporan Hall (1991:187)
(2)   Penelitian Hatzipanagos and Gregson (2015: 3), Manfaat potensial utama yang dirasakan dari OERs (Open Educational Resources) adalah meningkatkan pembelajaran dan sedikit menghemat waktu akademis untuk mengembangkan materi / konten.
(3)   Hasil penelitian Elfa, dkk (2015:1) menggambarkan bahwa secara keseluruhan, siswa dan pendidik yang positif tentang penggunaan OER menganggap bahwa pendekatan ini adalah cara baru untuk belajar, dan mereka menghargai kenyataan bahwa OER yang gratis dan mudah untuk mengakses.
(4)   Sebagai wahana pengembangan pendidikan yang merdeka, demokratis, memberikan pilihan belajar sesuai minat, bakat, keadaan siswa, keluarga, dan lingkungan
(5)   Kelas terbuka, di mana peserta didik bebas untuk memulai dan menyelesaikan proyek-proyek yang menarik perhatian mereka (Gutek, 1974).
2)        Deschooling Society
(1)   Merumuskan pendidikan universal (Illich 1971: 2), Pendidikan yang berkeadilan dalam aksesnya, artinya memberikan pilihan dan peluang untuk mengakses pendidikan secara bebas, meliputi
ü Pendidikan harus memberi kesempatan pendidikan yang sama (Illich 1971: 8),
ü Pendidikan harus mengizinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya.
ü Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan.
(2)   Pendidikan berbasis vokasional, berbasis On the Job Training, terbuka, demokratis
(3)   Menyediakan tiga jenis dasar layanan, administrator, konselor pedagogis, inisiatir/ leader. (Illich, 1971; dalam Gutek, 1974). Ini sebagai upaya memberikan alternatif pendidikan yang memenuhi kebutuhan anak secara optimal

Kelemahan
1)      Open Education
(1)   Pendidikan yang berjarak antara guru dan peserta didik berpotensi mengurangi pendidikan yang berkarakter. Ini karena pendidikan tidak hanya berpusat pada capaian asek pengetahuan dan ketrampilan saja, namun tumbuhnya sikap, nilai-nilai menjadi tujuan penting dari interaksi antara guru-siswa. Bahkan transfer pengetahuan juga membutuhkan kepercayaan dari peserta didik terhadap guru dan ini hanya bisa terwujud melalui komunikasi intensif secara langsung.
(2)   Hasil penelitian Elfa, dkk (2015:1), mereka merasa kewalahan oleh jumlah material yang tersedia dan mereka khawatir tentang kualitas. Jika penggunaan OER adalah menjadi berkelanjutan, perubahan sikap dan praktek antara siswa dan guru mungkin diperlukan mengenai penggunaan sumber di web
(3)   Pendidikan yang berbasis kemajuan teknologi, memberi kemudahan sekaligus hambatan yang berupa sisi-sisi humanisme, pendidikan yang memanusiakan. Ini karena pendidikan terbuka akan mengurangi peran guru, peran keteladanan, peran pembimbingan yang penuh cinta dan kasih sayang selaku orang dewasa. Akibatnya peserta didik akan mengalami keterasingan figure.
(4)   Pendidikan yang terbuka membutuhkan kesiapan sumber daya manusia, sumber dana, kesiapan instrumental, kesiapan aturan dan jaminan, serta kesiapan faktir-faktor lainnya yang membutuhkan kesiapan system pengelolaan yang efektif dan efisien
(5)   Berpotensi melunturkan tradisi dan sendi-sendi nilai-nilai luhur budaya bangsa jika pendidikan tidak berupaya melestarikan sebagai penyeimbang atau terintegrasi dalam pendidikan modern.

2)      Deschooling Society Ivan Illich
(1)     Illich tidak memberikan batasan-batasan kebebasan
(2)     Illich mengesampingkan aspek religi, etika, dan moral.
(3)     Gagasan pendidikan demokrasi terfokus pada determinasi ekonomi
(4)     Gagasan demokrasi Ivan Illich hanya dalam tataran demokrasi dalam memperoleh pendidikan, karena kondisi obyektif masyarakat Amerika Latin saat itu telah mengalami diskriminasi dalam memperoleh pendidikan
(5)     Gagasan untuk mendekonstruksi pendidikan sebagai hal yang utopis karena sekolah modern menjamur dalam masyarakat post-modern
(6)     Konsep yang kabur dalam konstruksi kurikulum
(7)     Sekolah dan masyarakat adalah sebagai suatu system, jika sekolah dihapuskan maka akan mengubah tatanan lagi yang berimplikasi dalam kehidupan di berbagai aspek.

3)      Deschooling Society dalam implementasi, misalnya praktik homeschooling
(1)   Membutuhkan kesiapan yang lebih dari orang tua dalam hal pengetahuan, konsep, waktu, dana, mental, tenaga. Ini karena kurikulum, pola, cara dan sebagainya yang terkait dengan teknis homeshooling berbeda dengan pendidikan di sekolah pada umumnya yang sudah relatif terstandar dan banyak pengguna (walinya). Pola asuh, pera
(2)   Membutuhkan kesiapan anak untuk mengikuti program ini, dalam hal mental, fisik, pengetahuan, komunikasi, dan lain-lain karena si anak akan memasuki dunia pendidikan yang mungkin tidak seperti teman-teman pada umumnya. Kemandirian, kemauan, minat, semangat anak sangat diperlukan
(3)   Anak berpotensi berpikir praktis, egois, kemampuan sosial kurang sejak dini jika orang tua atau komunitas kurang memberikan lingkungan belajar yang sesuai dengan sebayanya. Ini karena pendidikan tidak hanya untuk bertahan hidup namun untuk membangun kehidupan yang sejahtera dalam kebersamaan,
(4)   Membutuhkan tentor, konselor atau relawan yang memliki basic pengetahuan, karakter dan ketrampilan yang memadahi untuk melakukan pembimbingan berbasis individu


Elfa, M., Ossiannilssonb, E., Neljesjöa, M., and Janssona, M. (2015). Implementation of Open Educational Resources in A Nursing Programme: Experiences and Reflections. Open Learning: The Journal of Open, Distance and e-Learning, 30:3, 252-266, http://dx.doi.org/10.1080/02680513.2015.1127140 http://www.tandfonline.com/loi/copl20  
Gutek, Gerald L. (1974). Philosophical Alternative in Education. USA: A Bell & Howell Company.
Gutek, Gerald L. (1988). Philosophical and ideological perspectives on education. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Hall, B. (1991). Using Open Learning Methods Effectively in a Developing Country. Educational Media International. http://dx.doi.org/10.1080/0952398910280404
Hatzipanagos, S. and Gregson, J. (2015). The Role of Open Access and Open Educational Resources: A Distance Learning Perspective. Electronic Journal of e-Learning Volume 13 Issue 2 2015. www.ejel.org.Illich, Ivan. (1971). Deschooling Society. New York: Harper & Row, Publishers
Illich, Ivan. (2012). Deschooling Society. Retrieved from http://davidtinapple.com/illich/1970_deeschooling.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1)

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1) PENGANTAR Ini merupakan pokok bahasan pertama perkuliahan “Kajian Kurikulum Matematika”, oleh Prof Dr Marsigit, M.A. Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan dan pelayanan kepada mahasiswa Program S3 Prodi Ilmu Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Matematika, untuk membangun pemahaman dan memperoleh pengalaman mengembangkan Kurikulum Matematika dengan cara mengkaji, meneliti dan mensimulasikan Model Pengembangan Kurikulum Matematika. Kompetensi dasar sesuai dengan silabus beliau adalah “Mengkaji, memahami, menghasilkan,  mengelola dan menerapkan landasan pengembangan kurikulum matematika dan pendidikan matematika”. Kelas kami ada 9 orang perempuan semua, yaitu: Bu Salamia, Mb Rifa, Mb Puji, Mb Niken, Mb Dhian, Mb Nila (ijin), Mb Dhona, Mb Irma, dan saya. Pertemuan pertama kami tidak sampai 3 SKS karena beliau ada urusan dinas, yaitu sebagai Sekretaris Senat UNY. Beliau juga banyak tugas dinas kel

Filsafat Pendidikan: Upaya rejuvenasi pedagogik sebagai “the art and science of teaching and educating”

Kemajuan teknologi yang spektakuler sebagai sarana yang positif dan juga berdampak negatif. Bagaimana upaya rejuvenasi pedagogic sebagai “the art and science of teaching and educating” dalam menghadapi tantangan itu? Alternatif Pemikiran: Dalam pemanfaatan teknologi, pendidikan tidak hanya diarahkan kepada kemudahan dan kenyamanan semata. Teknologi hanya sebuah alat komunikasi-informasi, tidak lebih. Teknologi dalam pendidikan diharapkan tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai “robot” dan “budak” pendidikan. Dalam konteks ini perubahan global tidak harus ditentang, tetapi diatasi dengan pribadi-pribadi yang mendukungnya (Tilaar : 2005, p. 95). Menurut Tilaar, hanya akan memberikan tempat bagi perkembangan individu jika identitas budaya lokal dihormati sebagai tumpuhan bagi perkembangan setiap indvidu. Artinya, multikulturalisme dalam pendidikan nasional sangat relevan dengan desentralisasi pendidikan dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Ini menjadi peran strategis dunia p

CAKRA MANGGILINGAN: Landasan Kurikulum

Landasan Pengembangan Kurikulum   (2) Pertemuan kedua Prof Dr Marsigit, M.A. (150317)  diawali dengan memberi tes singkat, tentang padanan kata. Berikut ini beberapa materi soal dan jawabannya di mana tekstual menggambarkan konteksnya (mengacu pada filsafat). Belajar = membangun Mengajar = memfasilitasi Guru = fasilitator Murid = subjek Logika = konsisten Nyata = cocok Cerdas = santun Pikiran = rasio Pancaindera = persepsi Formal = bentuk Penilaian = mencatat Serius = intens Waktu = relatif Mengulang = siklik Mengurangi = reduksi Menambah = sintesis Tetap = ideal Berubah = realita Diabaikan = ephoce Sama = identic Beda = kontradiktif Fakultas = kemampuan Nol = tiada Satu = esa Banyak = plural Kecil = mikro Besar = makro Di sana =di luar Di sini = di dalam Di atas = langit Di bawah = bumi Berhenti = mitos Terus = kontinyu Membaca = terjemah Menulis = direct Menyerah