Langsung ke konten utama

Karakteristik Teori Pendidikan Progresivisme

  Karakteristik Teori Pendidikan Progresivisme
Progresivisme dalam pendidikan berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya. Anak usia dini memainkan peran penting dalam mempersiapkan anak-anak untuk pengalaman pendidikan yang positif. Guru harus memotivasi melalui cinta dan kasih sayang dan pembelajaran yang harus didasarkan pada pengalaman kehidupan nyata. Guru harus peduli dan mengasihi semua siswa, membuat mereka merasa disambut dan ingin di kelas (menyenangkan). Bermain sangat penting pada tahap awal pendidikan karena bermain adalah kendaraan yang menggunakan anak-anak untuk memperoleh informasi dari dan tentang orang lain. Belajar dan pembelajaran harus terkait dengan kepentingan siswa dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari dan relevan bagi siswa. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, berikut diuraikan kritik terhadap teori progresivisme:
a.    Kelebihan
1)      Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi minat, bakat sehingga diharapkan menjadi individu yang kreatif, mandiri, inovatif, menyukai tantangan, berkeksplorasi.
2)      Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, memecahkan masalah, melakukan penyelidikan berbasis metode ilmiah.
3)      Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
4)      Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (poblem solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery method).
5)      Lulusan dengan pendidikan progresif memilki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas karena dalam proses pembelajaran lebih banyak learning by doing, melakukan aktivitas praktik, proyek, pemecahan masalah yang berkaitan dengan permasalahan atau dunia sehari-hari.
6)      Guru menjadi pribadi yang demokratis, humanis karena menjadi fasilitator, motivator, pendamping bagi anak didik.
7)      Kurikulum dikembangkan berbasis kebutuhan anak atau fleksibel. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi di dalam lingkungan yang kompleks.
8)      Dengan pendidikan demokratis maka mengembangkan sikap toleransi, terbuka.
9)      Menghendaki mata pelajaran terintegrasi dalam unit, sehingga anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
10)  Menghargai perbedaan
11)  Berbasis masyarakat. Sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi mitra, bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan anak.

b.    Kelemahan
1)      Karena Student Centered Learning maka mengutamakan/ dominan pada pendidikan individu meskipun juga mengembangkan collaborative and cooperative learning.
2)      Mengurangi peran guru. Teori ini menuntut guru menjadi sosok yang mengedepankan kecerdasan emosional (EQ) untuk dapat memotivasi, membimbing anak didik sesuai dengan karakteristik siswa.
3)      Mengabaikan kurikulum sekolah yang sudah mentradisi, berpeluang sering ganti kurikulum, bisa mengurangi efektivitas manajemen sekolah.
4)      Berpotensi melahirkan anak didik dan lulusan yang individualis, kurang bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya..
5)      Berpotensi menghasilkan anak didik dan lulusan yang kurang mengetahui dan mempratekkan budaya, warisan leluhur.
6)      Dalam interaksi sosial kecerdasan emosional terhambat, karena anak terpolarisasi dengan kemampuan untuk survive, karena harus berpikir maju, progress.
7)      Mengabaikan alam supranatural, kurang mengembangkan aspek religiusitas, kehidupan setelah dunia

8)      Karakteristik individu diperhatikan dan dikembangkan, sehingga perhatian guru harus optimal kepada tiap individu. Ini menjadi kesulitan tersendiri bagi guru dengan kelas besar atau guru yang kurang siap menjadi guru progresif. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1)

Landasan Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pendidikan Matematika (1) PENGANTAR Ini merupakan pokok bahasan pertama perkuliahan “Kajian Kurikulum Matematika”, oleh Prof Dr Marsigit, M.A. Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan dan pelayanan kepada mahasiswa Program S3 Prodi Ilmu Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Matematika, untuk membangun pemahaman dan memperoleh pengalaman mengembangkan Kurikulum Matematika dengan cara mengkaji, meneliti dan mensimulasikan Model Pengembangan Kurikulum Matematika. Kompetensi dasar sesuai dengan silabus beliau adalah “Mengkaji, memahami, menghasilkan,  mengelola dan menerapkan landasan pengembangan kurikulum matematika dan pendidikan matematika”. Kelas kami ada 9 orang perempuan semua, yaitu: Bu Salamia, Mb Rifa, Mb Puji, Mb Niken, Mb Dhian, Mb Nila (ijin), Mb Dhona, Mb Irma, dan saya. Pertemuan pertama kami tidak sampai 3 SKS karena beliau ada urusan dinas, yaitu sebagai Sekretaris Senat UNY. Beliau juga banyak tugas dinas kel

Filsafat Pendidikan: Upaya rejuvenasi pedagogik sebagai “the art and science of teaching and educating”

Kemajuan teknologi yang spektakuler sebagai sarana yang positif dan juga berdampak negatif. Bagaimana upaya rejuvenasi pedagogic sebagai “the art and science of teaching and educating” dalam menghadapi tantangan itu? Alternatif Pemikiran: Dalam pemanfaatan teknologi, pendidikan tidak hanya diarahkan kepada kemudahan dan kenyamanan semata. Teknologi hanya sebuah alat komunikasi-informasi, tidak lebih. Teknologi dalam pendidikan diharapkan tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai “robot” dan “budak” pendidikan. Dalam konteks ini perubahan global tidak harus ditentang, tetapi diatasi dengan pribadi-pribadi yang mendukungnya (Tilaar : 2005, p. 95). Menurut Tilaar, hanya akan memberikan tempat bagi perkembangan individu jika identitas budaya lokal dihormati sebagai tumpuhan bagi perkembangan setiap indvidu. Artinya, multikulturalisme dalam pendidikan nasional sangat relevan dengan desentralisasi pendidikan dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Ini menjadi peran strategis dunia p

CAKRA MANGGILINGAN: Landasan Kurikulum

Landasan Pengembangan Kurikulum   (2) Pertemuan kedua Prof Dr Marsigit, M.A. (150317)  diawali dengan memberi tes singkat, tentang padanan kata. Berikut ini beberapa materi soal dan jawabannya di mana tekstual menggambarkan konteksnya (mengacu pada filsafat). Belajar = membangun Mengajar = memfasilitasi Guru = fasilitator Murid = subjek Logika = konsisten Nyata = cocok Cerdas = santun Pikiran = rasio Pancaindera = persepsi Formal = bentuk Penilaian = mencatat Serius = intens Waktu = relatif Mengulang = siklik Mengurangi = reduksi Menambah = sintesis Tetap = ideal Berubah = realita Diabaikan = ephoce Sama = identic Beda = kontradiktif Fakultas = kemampuan Nol = tiada Satu = esa Banyak = plural Kecil = mikro Besar = makro Di sana =di luar Di sini = di dalam Di atas = langit Di bawah = bumi Berhenti = mitos Terus = kontinyu Membaca = terjemah Menulis = direct Menyerah